|

Mimpi Indonesia Berpenghasilan Besar Akan Terwujud Dari Lapindo

Editor: Admin

Kawasan Lumpur Lapindo Sidoarjo

METROINDO.ID | SIDOARJO - Mimpi Indonesia ingin menjadi negara 'raja' penghasil baterai electric vehicle (EV) terbesar di dunia bisa terwujud.

Hal ini tak terlepas dari temuan 'harta karun super langka' di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.

Harta karun super langka yang dimaksud adalah terdapatnya kandungan mineral logam kritis yakni lithium dan stronsium di Lumpur Lapindo.

Hal ini ditemui dan diumumkan secara resmi oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Seperti diketahui, Lithium merupakan bahan baku utama untuk membuat baterai kendaraan listrik.

Sementara Stronsium merupakan bahan baku industri elektronik.

Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto menjelaskan, pihaknya sudah melakukan penyelidikan pendahuluan pada 2020 di daerah bagian selatan Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur

"Di tahun 2022 ini kita tidak lanjuti dengan melakukan penyelidikan pendahuluan di daerah sisi utara Lumpur Lapindo, Sidoarjo," ungkap Heriyanto, Minggu (18/12/2022).

Hariyanto bilang, saat itu temuan lithium dan stronsium yang ada di Lumpur Lapindo tengah dilakukan pengujian ekstraksi oleh mitra di Kementerian ESDM.

Mereka yang menguji yakni balai besar pengujian mineral dan batubara atau TEKMIRA.

Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, kandungan lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo memiliki kadar mencapai 99-280 PPM, sementara untuk stronsium kadarnya mencapai 225-650 PPM.

"Ini terus kami update datanya, karena untuk tahun 2022 masih dalam analisis di laboratorium kami," jelas Hariyanto.

Kendati demikian, dalam meng mengembangkan lithium dan stronsium di dalam negeri masih terdapat berbagai macam tantangannya.

Hariyanto menjelaskan, pertama terkait dengan infrastruktur industri berbasis baterai yang belum membutuhkan lithium untuk saat ini. Dan, belum ada aturan mengenai tata kelola lithium dan stronsium di dalam negeri.

"Yang ketiga adalah permasalahan mendasar sebagaimana industri pengolahan umumnya belum diketahui secara pasti berapa jumlah potensi lithium tersebut," ujarnya.

Sebab, kata Heriyanto yang dia sampaikan atas penemuan potensi litium dan stronsium masih sebatas kandungan yang sedang dianalisis.

"Sehingga ini sulit untuk menarik investor untuk membangun industrinya. Tentu ini tantangan untuk mendetailkan atau menindaklanjuti apa yang kita temukan di Lumpur Lapindo, Sidoarjo," jelas Hariyanto.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam perhelatan KTT G20 di Bali beberapa waktu merayu Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese untuk bekerja sama memproduksi baterai mobil listrik di Indonesia, Jokowi meminta Albanese untuk langsung membawa lithium ke Indonesia.

"Saya hanya menawarkan kepada PM Anthony Albanese, Kita (Indonesia) punya nikel, kalau digabung itu bisa jadi baterai mobil listrik, Saya minta kepada PM Albanese untuk lithiumnya bisa dibawa ke Indonesia, kita bersama-sama melakukan hilirisasi di Indonesia," kata Jokowi dalam acara B20 Summit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).

Dalam pertemuan tersebut, Jokowi membahas soal rencana hilirisasi dan industrialisasi bahan-bahan mentah yang dimiliki Indonesia.

Presiden RI Jokowi bersikeras untuk bisa mendapatkan kerja sama tersebut, karena hal ini akan mendapatkan keuntungan besar bagi Indonesia, baik dari pendapatan negara maupun penciptaan lapangan kerja.

"Sudah kita mulai dengan nikel dalam rangka membangun sebuah ekosistem besar baterai electronic vehicle (EV) atau baterai listrik untuk mobil listrik," jelasnya Presiden RI.



Penulis : Dedi Afandi

Editor : Heri Prasatya

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
/> -->