![]() |
| Musa Rajeckshah dan Ahmad Doli Tanjung. (Foto: Ist) |
METROINDO.ID | MEDAN - Kegaduhan di tubuh Partai Golkar Sumut seusai Musa Rajekshah (Ijeck) dicopot sebagai Ketua DPD Golkar Sumut tanpa alasan jelas, masih terus berlanjut.
Kini ditambahi dengan keresahan akan masa depan Partai Golkar Sumut, menyusul disebutnya nama Bupati Labura saat ini (Hendri Sitorus, red) yang merupakan putra mantan Bupati Labura Buyung Sitorus akan menggantikan jabatan Ijeck tersebut.
Terkait dengan kegaduhan dan keresahan tersebut, Kader Senior Golkar Dr. KRT. H. Hardi Mulyono Surbakti, MAP., mengingatkan Ketua Umum DPP Golkar tidak memaksakan putra Buyung Sitorus tersebut untuk tetap menjadi Ketua DPD Golkar Sumut.
Tak Layak
Selain nama tersebut baru seumur jagung menjadi kader Golkar, juga berpotensi bermasalah secara hukum berkaitan dengan jabatannya sebagai Bupati.
“Dari berbagi aspek, anak Buyung Sitorus itu sangat tidak layak memimpin Golkar Sumut, kehadiran Doli membuat kegaduhan dan diduga hanya untuk meloloskan Hendrik Sitorus,” ujar Hardi Mulyono.
Disebutkan Hardi Mulyono, jika pergantian jabatan Ketua Golkar Sumut itu adalah untuk kepentingan masa depan partai serta mendukung kebijakan Gubernur Sumut Bobby Nasution, maka Golkar Sumut mempunyai beberapa kader mumpuni dan punya kedekatan personal dengan Gubernur Sumut saat ini.
“Irham Buana Nasution, Rolel Harahap, Yasir Ridho Lubis, Andar Amin Harahap dan tokoh muda Golkar Rahmadianshah, adalah lima nama yang layak memimpin Golkar Sumut dari aspek ketokohan maupun kedekatan personalnya dengan Gubsu saat ini.” ujarnya.
Hardi mengingatkan, Golkar Sumut tetap bisa menjadi partai besar dan diperhitungkan, karena selama ini dipimpin oleh sosok dengan ketokohannya yang sudah teruji.
Beberapa nama besar yang pernah memimpin Golkar Sumut diantaranya adalah Mudyono, Effendi Ritonga, Yunus Harahap, Ali Umry, Syamsul Arifin, Ajib Shah, Ngogesa Sitepu dan Ijeck.
“Jelaslah, anak Buyung Sitorus yang disiapkan menggantikan Ijeck, sangat beda kualitas dengan nama-nama tokoh yang pernah memimpin Golkar Sumut,” ujarnya.
Karenanya, Hardi Mulyono mendesak DPP Golkar agar Musda Golkar Sumut yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2026, membuka peluang bagi kader-kader terbaik Golkar Sumut untuk berlaga menjadi Ketua Golkar Sumut di arena musda tersebut. Hardi pun berharap, musda Golkar kali ini merupakan tantangan bagi kelima kader terbaik Golkar Sumut tersebut.
“Ini kesempatan bagi kader terbaik Golkar Sumut untuk maju sebagai Ketua DPD Sumut.”katanya.
Jangan Memfitnah / Bohong
Berkaitan dengan kegaduhan dan keresahan di tubuh Golkar Sumut, Hardi Mulyono juga mengingatkan Plt. Ketua DPD Golkar Sumut, Ahmad Doli Kurnia Tanjung, untuk tidak menambah kegaduhan dengan melontarkan berbagai pernyataan bohong (fitnah) dan menyesatkan.
“Laksanakan saja tugas yang diberikan DPP kepada anda di Sumut. Tak perlu melontarkan pernyataan-pernyataan bohong (fitnah) dan menyesatkan, yang malah bisa menambah kegaduhan yang sudah ada,” pinta Hardi.
Ijek Legowo (Ikhlas)
Hardi menambahkan, Ijeck telah menyatakan legowo (Ikhlas) atas pencopotan dirinya sebagai Ketua Golkar Sumut, meski pencopotan itu sebelumnya tidak pernah dibicarakan DPP dengannya. Sikap legowo Ijeck itu, artinya dia telah berupaya agar pencopotannya tidak menimbulkan kegaduhan berkepanjangan.
“Mestinya, Doli tidak perlu lagi menimbulkan kegaduhan baru dengan menebar kebohongan. Itu sikap picik!”, tegasnya.
Hardi juga mempertanyakan, selama ini tak pernah tau apa peran dan kontribusi Doli Tanjung sebagai wakil rakyat Sumut di DPR-RI, baik untuk masyarakat maupun untuk Golkar Sumatera Utara.
“Doli datang merasa bagaikan pahlawan di Golkar Sumut. Padahal, tak ada kontribusinya untuk partai selama ini.”tandasnya. (MI/Hen)
